My Story

In Indonesia Language

Cahaya Dalam Kegelapan
Light In Darkness

Sudah bertahun-tahun Fina menunggu semua ini, hari dimana matanya akan dioperasi. Fina pun dibawa keruang operasi sesaat sebelum operasi dimulai,  ia merasa tegang dan ia juga senang karena matanya mungkin bisa melihat seperti dahulu kala, sebelum kejadian yang meranggut nyawa ibunya dan pengelihatan Fina.
            Malam itu, tanggal 13 maret 2001 Fina masih saja mengigat apa yang terjadi pada malam itu, padahal kejadian itu sudah berlalu 4 tahun yang lalu ketika Fina berumur 11 tahun. Sebuah mobil melaju kencang kearah mobil yang dikendarai Fina dan ibunya, dari arah tikungan, mobil itu menghantam mobil ibunya sangat keras. Nyawa ibunya pun tak tertolong lagi, Fina juga terkena pecahan kaca yang masuk kematanya.
            Setelah kecelakaan itu Fina dan Ibunya dilarikan kerumah sakit, dalam perjalanan kerumah sakit Fina selalu mendengar teriakan seorang wanita kesakitan  di telinganya, mata yang kesakitan berusaha untuk melihat wanita itu. Wanita yang berteriak memanggil namanya semkin lama suaranya menghilang dikejauhan. Setelah ia ditangani dokter, Ayahnya masuk dan langsung crying dihadapan Fina.
           Fina,ikut menaggis dan binggung  apa yang terjadi, dia bertanya dalam hati ‘apa mukin ibu, ibu sudah...’ dan berteriak langsung kepada ayahnya
 “TIDAK, ayah apa mungkin itu terjadi?, ibu tidak mungkin meninggalkan kita yah, tidak mungkin” sesaat ruangan itu menjadi sunyi hanya ada suara tangisan Fina dan ayahnya. Lalu ayanya menjawab
“Fina,” membelai rambut Fina “tapi, ibumu sudah tidak bersama kita lagi dia sudah berada di surga,  sayang” sambil memeluknya.
            “TIDAK..., TIDAK..., ibu tak akan meningalkan aku, aku harus ikut dengan ibu.” sesaat ia beranjak dari tempat tidurnya dan mengamuk-mengacak-acak barang yang ada diruang itu tanpa tau arah, terdengar suara orang masuk dari pintu dan mencoba menenangkanya tapi ia tetap mengamuk. Lama kalamaan ia kehilangan tenaga dan mulai melemas sesaat setalah itu ia tergeletak dilantai dan kehilangan kesadarannya.
            Tubuhnya yang lemas, membuat ia tak bisa melakukan apa-apa. Dan ia mulai berpikir dan bicara pada hatinya ‘kenapa tuhan tak adil padaku, harus merengut orang yang paling kukasihi apakah aku bersalah pada-Mu tuhan, aku selalu menjalankan semua Perintah-Mu dan menjuhi semua yang kau larang. Kenapa..., kenapa Tuhan kenapa kau ambil dirinya?’ pertanyaan itu selalu diulang-ulang oleh Fina sepanjang malam.
            Malam pun berlalu,Fina tetap tak bisa tidur dan memikirkan hal itiu semalaman. seketika suara ayahnya masuk dan berbicara pada Fina
            “Sayang apa kau mau ikut untukmenguburkan mayat ibumu, bersama ayah dan sanak saudara?”
            “Ini hanya mimpikan, yah. Aku akan segera bangun dan mengakhiri mimpi ini.” kata fina sambil memukul semua badannya agar ia bisa segera bangun.
            “sudah sayang, sudah cukup ini bukan mimpi” jawab ayahya sambil memeluk dan menanggis di pelukan Fina.
            fina mendengar isakan tangis ayahnya dan satu demi satu tetesan air itu jatuh ketangannya. Ia mulai merapba wajah ayahnya dan menghapaus air mata ayahnya dengan kedua tangan dan berbisik
“baiklah yah aku akan ikut dengan ayah, aku akan coba menerima semua ini”. walaupun dalam hatinya ia tidak iklas kalau ibunya telah meninggalkan ia selamanya.  ia mengatakan semua ini karna ia tak ingin air mata ayahnya menetes karna sikapnya.
Fina berjalan mengunakan kursi roda menuju mobil karna keadaan yang begitu lemas bahkan sampai ketempat pemakaman. tempatnya begitu sepi dan sunyi sesaat setelah penguburan ada yang membacakan doa dengan suara yang indah ia sudah bisa menebak kalau itu paman Hanan yang berprofesi sebagai seorang ustadz.
setelah pembacaan doa selesai tampak banyak suara yang menghapirinya dan memeluknya dengan begitu hangat yang mengatakan
“Kau harus menerima semua ini ini takdir yang kuasa, bibi yakin ibumu pasti berada disisi-Nya” suara itu terus berulang tanpa tau siapa yang mengucapkannya pada Fina karana sanak saudaranya begitu banyak. ia hanya bisa terdiam lemas diatas kursi rodanya mendengar semua itu.
Seminggu setelah pemakaman ibunya, Fina merasa lebih baik karena disisinya masih ada ayah yang sangat baik dan selalu mendampinginya dan sanak saudara jauh dan dekat serta teman-teman Fina  yang selalu mendukung Fina dan Ayahnya. Ia pun sudah mulai bisa menerima segala yang terjadi pada Ibunya karena ia yakin bahwa disetiap musibah pasti ada hikmahnya.
Pagi-pagi sekali Fina dan ayahnya berangkat ke rumah sakit untuk membuka perban yang ada dimatanya. sesampainya dirumah sakit perban mulai dibuka secara perlahan-lahan.Namun, Ia hanya bisa melihat kegelapan yang ada dimatanya perlahan-lahan ia menangis.
“Sayang apa yang terjadi?” ayahnya bertanya cemas dan bingung kepada anaknya dan berpaling kearah dokter  “dok apa yang terjadi pada anak saya?” bertanya bingung pada dokter
“Fina coba jelaskan apa yang kamu lihat?” tanya dokter lembut pada fina
“Aku......, aku......., Gelap dokter.....” sambil mengusapkan air mata yang jatuh dimatanya.
“Dokter, apa yang terjadi pada putri saya?” bertanya pada dokter
dokter itu menjelaskan panjang lebar tentang apa yang terjadi pada matanya, walaupun ia tidak bisa melihat ia mendengar jelas kalau dokter itu mengatakan kalau mata nya mengalami kebutaan akibat kacelakaan  mobil dan ada beberapa pecahan kaca  masuk kematanya dan penyembuhanya hanya melalui operasi.
Isakan tangis ayahnya mendengar semua itu dari dokter terdengar, dan langsung memeluk Fina sambil menanggis dan berkata
“sayang kamu pasti bisa melihat lagi” kata ayahnya sambil menahan tangis.
“apa yang ayah maksud, apa?” sambil berpura-pura tak tau
“sayang kamu tidak apa-apa?” jawab ayahnya berusaha menenangkan putrinya
“iya, ayah. Apa aku buta yah?” menjawab sambil menahan air mata “kalau memang aku buta, aku tidak apa-apa asalkan tetap ada ayah disampingku.” sambil terseyum menhibur ayahnya yang menanggis.
“Benar?” masih tidak yakin dengan jawaban yang dikatakan putrinya
“tentu, tuhan memberi cobaan bertubi-tubi  padaku bukankah berarti ia sayang sama aku, yah. ibu pernah mengtakan itu padaku. lagi pula aku pernah mengalami kaadaan yang paling buruk dibanding ini.” menjawab sambil meyakinkan ayahnya.
ayahnya pun terseyum lega mendengar kata putrinya yang baru berumur 11 tahun itu. setelah dari rumah sakit ia pulang kerumah dan didepan rumah sudah menunggu sebuah mobil merah yang dikendarai sepasangan suami istri yang menunggu kedatangan mereka.
Fina turun dari mobil megunakan tongkat yang diberikan ayahnya saat perjalanan pulang dan mulai meraba-raba jalan masuk kedalam rumah. Ayah mempersilahkan kedua orang itu masuk kedalam rumah dan menyuruh bi Inah menyiapkan minium utuk mereka. Fina duduk dan terdiam diruang makan yang haya disekat  oleh ukiran kayu  dan mendenggarkan pembicaraan kedua orang itu dengan ayahnya soal kecelakaan mobil yang dialami ia dan ibunya.
Fina menahan air mata ketika mendengar kalau anak mereka berdua, yang telah menabrak mobil milik Fina dan Ibunya, dan mejelaskan  skaligus minta maaf pada keluarga yang telah menjadi korban, serta  akan mengati rugi semuanya. Emosi Fina pun meluap dan langsung menuju ruang tamu dan marah
“Minta maaf, seandainya anak kalian tidak kabur munkin ibuku akan selamat karena tidak kekurangan darah, lalu kalian bilang menganti rugi. Apa kalian bisa menganti rugi mataku yang buta ini dan nyawa ibuku, akibat anakmu itu?” dengan air mata yang menetes pada pipipnya
            Sesaat setelah  itu, wanita itu bersujud dihadapan Fina dan meminta maaf atas semua yang terjadi padanya dan ibunya
“Tolong maafkan anakku,  jangan masukan dia kedalam penjara dan jangan tuntut dia, aku mohon padamu!, dia tidak sengaja menabrak mobil Ibumu, dia sudah meyesal,” sambil menanggis memohon padanya dan ayahnya
“Maaf, menyesal. Kenapa dia tidak menyesal saat ibuku masih ada, kenapa dia meniggalkanya saat kecelakaan itu, seharusnya dia tolong ibuku munkin kalau dia masih ada disini aku masih bisa memaafkanmu, dan yang anakmu sakiti hanya aku mungkin aku bisa memaafkanmu.” sambil mengusap air mata dan berusaha tegar.
Suara tangis wanita itu terus memohon maaf pada Fina dan ayahnya, Fina pun meninggalkan ruangan dan masuk kedalam kamar sambil meraba, dan mengunci kamar nya berusaha merenung dengan tenang dan tegar. Namun, ia tetap menaggis dan marah pada semua  dan menyalah kan orang itu. Dalam tangisnya ia berkata
 ‘Tuhan apakah aku harus maafkan ia?, ia telah membunuh orang yang paling kukasihi dalam hidupku, aku tidak bisa maafkanya tuhan.....’ suara ketukan pintu ayah nya terdengar dari luar kamar
“Sayang ayah ingin bicara padamu, bukalah pintu nya sayang!” berusaha membujuk putrinya
“Baiklah ayah, ayah boleh masuk” sambil meraba membuka pintu untuk ayahnya
“Sayang kamu maafkan lah dia, orang pemaaf itu disayang tuhan.” kata ayahnya membujuk putrinya yang keras kepala itu.
“Tapi, dia telah membunuh ibu?” katanya sambil menaggis
“Ayah memang sangat marah tapi, apa yang terjadi itu tidak bisa diulang sayang.” terus membujuk putrinya
“tapi, ...” perkataan Fina dipotong oleh ayahnya
“tapi, jika dia menolong ibu dan tidak kabur,  begitu?” ayahnya menasihati putrinya “tapi jika ia menolong ibu, dan tuhan telah menakdirkan ibu meninggal, kita bisa berbuat apa?” dan terseyum pada putrinya “Ibu juga pasti tidak suka kalau anaknya tidak bisa memaafkan orang yang sudah minta maaf”
“Baiklah yah aku akan memaafkannya” dan tersenyum pada ayahnya yang sedang menghapus air mata putrinya.
“Baiklah ayo kita temui mereka!” kata ayah nya memegang tangan fina
“Tidak yah ayah katakan saja pada mereka,dan jangan suruh mereka menganti rugi karena mereka tidak bisa melakukan apapun untuk mataku dan ibuku yang tiada karena semua ini takdirkan yah?” sambil melepaskan gandengan tangan ayahnya.
“Baiklah, ayah mengerti. Ayah akan katakan pada mereka kalau kamu mau memaafkan anak mereka.” sambil meninggalkan kamar Fina.
Bayangan masa lalu finapun mulai memudar sesasat setelah kesadaranya hilang. Waktupun teru berlalu, operasi mata pun telah selesai dilakukan, tingal membuka perban mata dan melihat kembali dunia atau tetap pada dunia fina yang gelap ini. Setiapa malam, fina berdoa selalau supaya opersi yang ia jaani berhasil dengan baik, dan ia bisa menjalani hidup dengan normal lagi.
Seminggu setelah operasi, perban Fina pun dibuka secara perlahan, kemudian ia membuka matanya secara perlahan dan melihat 2 sosok wanita berada disamping kiri dan kanan ayah, yang satu sosok bayangan ibu kandungnya dan sosok ibu baru yang mengurusku sejak 2 tahun lalu dan sekarang mengandung adiknya

Tidak ada komentar: